Ada 3 rahasia dalam
hidup yang tidak dapat kita ketahui sampai waktunya tiba. Rejeki, jodoh dan
maut… ya semua itu sudah tercatat oleh Sang Khaliq sejak kita masih dalam rahim
seorang ibu. Kapankah itu semua datang??? Dan sudah siapkah aku???
Hujan yang
mengguyur Bogor sejak malam tadi (Sabtu, 5 Januari 2013) hingga pagi mungkin
dapat menggambarkan kesedihan yang mendalam bagi kami semua. Berita duka yang
datang di awal tahun tiba-tiba mengingatkanku akan sebuah peristiwa delapan
tahun silam, dimana saat itu, tepat 2 pekan setelah kejadian tsunami besar yang
melanda kota Serambi Mekah, sosok yang sangat aku cintai dan ku idolakan..
Ayah.. pergi menemui Sang Pencipta untuk selama-lamanya… dan peristiwa itu kini
kembali terulang.
Minggu 6 Januari
2013, tepat 7 menit sebelum adzan shubuh berkumandang, aku terbangun karena
suara telepon genggam yang sejak tadi bedering keras karena pesan yang masuk
bertubi-tubi. Pesan itu sontak membuat
mataku terbuka lebar dan jantungku tiba-tiba berdegup lebih kencang tidak
seperti biasanya. “Innalillahi wa inna ilaihi roji`un, telah berpulang ke
Rahmatullah, ibunda kita ibu Rarah Raden Adjie Maheswari Sabtu pukul 23.15 di
RS Karya Bakti, Bogor”… perasaanku saat itu lemas dan seakan tidak percaya..
Ah, apa iya… baru beberapa minggu yang lalu aku menemui beliau untuk meminta
dibuatkan surat rekomendasi pengajuan beasiswa, dan saat itu beliau terlihat
sehat dan cerah seperti biasanya.
Ya… rahasia itu
memang hanya DIA yang tahu.. “Setiap
yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami” (QS
Al Anbiya : 35). Ibu Rarah dikenal sebagai dosen yang berkepribadian ramah,
cerdas, keibuan, baik, cukup humoris dan sangat penyabar serta longgat jawa
halus yang khas tiap beliau berbicara. Ah… mungkin belum banyak kenangan
manisku bersama beliau yang notabennya
adalah Dosen Pembimbing Akademikku jika dibandingkan dengan keluarga dekat,
teman beliau sesama dosen dan staf fakultas kami serta kakak kelasku yang saat
ini tengah dibimbing oleh beliau untuk tugas akhirnya yang mungkin merasa lebih
kehilangan.
“Cah..
begitu
sapa beliau kepada setiap anak yang tengah berdialog dengan beliau, termasuk
aku. “Besok-besok kalau ingin berkonsultasi dengan ibu harus
pakai bahasa Inggris ya.. harus bisa jadi ketua PKM tahun ini jangan hanya jadi anggota.. Nilainya harus dtingkatkan lagi,
ndak boleh ada nilai BC apalagi C.. coba tahun besok mengajukan diri jadi MAPRES (mahasiswa
berprestasi).. dan kalo
kamu berminat penelitian akhir ke arah pemuliaan, coba ikut proyek dosen
tentang pemuliaan ternak ayam kampung…. #sambil senyam-senyum
mengiyakan ucapan beliau, aq sempat merasa ‘apa aku bisa??’#... Itu adalah
pesan beliau yang mungkin tidak hanya untukku, tp untuk semua anak bimbingan
beliau. Tapi buatku, itu mungkin sebuah pesan terakhir dari beliau untuk
senantiasa memotivasiku dalam belajar, karena beliau tau siapa lagi yang akan
menasehatiku karena kedua orangtuaku telah tiada.
IBu… andaikan saja engkau
tahu bahwa saat ini.. aku tengah berlari untuk bisa menggapai harapan itu satu
demi satu.. mudah-mudahnya sampai masa studiku berakhir aku bisa menjadi apa
yang ibu harapkan.. Sambil menadah tangan teriring doa “Semoga Allah SWT
mengampuni semua kesalahannya, menerima semua amal ibadahnya, dan ditempatkan
sebaik-sebaiknya diSisi-Nya”… Amin Yaa Robbal `Alamin….
Bogor, 7 Jan 2013
(06.38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar